Cerita Sex Menikmati Tubuh Dosen Yang Bohay & Mesum

Kebenaran di dalam rumah itu cuma saya yang lelaki. Awalnya saya katakan sama kakak wanitaku, “Telah, saya pisah rumah saja atau kost pada tempat”, tetapi kakakku ini karena sangat sayang padaku, ya saya tidak dibolehkan pisah rumah. Kita juga tinggal serumah dengan 3 rekan wanita kakakku.Ada salah satu mereka telah menjadi dosen tetapi di Kampus lain, Ibu Yuni namanya.

Foto Cewek BokepKita panggilnya Ibu mahfum telah usia 40 tahun tetapi belum menikah. Ibu Yuni menanyakan, “Eh, kamu belakangan ini kok kerap ngelamun sich, ngelamunin apa yuk? Jangan-jangan ngelamunin yang tersebut..””Itu apanya Bu?” tanyaku.Memang dalam kesehari-harianku, ibu Yuni tahu karena saya kerap sharing dengannya karena ia telah kuanggap lebih tua dan tahu beberapa hal. Saya mulai narasi,”Tahu tidak jadi masalah yang kuhadapi? Saat ini saya baru putus sama kekasihku”, kataku.”Oh.. begitu ceritanya, pantesan saja dari pekan lalu muram saja dan kerap ngalamun sendiri”, kata Ibu Yuni.

Demikian dekatnya saya sama Ibu Yuni sampai sesuatu saat saya alami peristiwa ini. Entahlah mengapa saya tidak menyengaja mulai ada perhatian sama Ibu Yuni. Saat itu persisnya siang-siang semua pada kuliah, saya sedang sakit di kepala jadi saya absen dari kuliah.Siang itu pas jam 11:00 siang saat saya bangun, eh cukup sedikit bingung kok masih tetap ada orang di dalam rumah, umumnya jika siang-siang berlubang ini telah pada tidak ada orang di dalam rumah tetapi kok ini hari sepertinya ada rekan di dalam rumah nih. Saya pergi ke dapur.”Eh Ibu Yuni, tidak ngajar Bu?” tanyaku.”Kamu kok tidak kuliah?” bertanya ia.”Habis sakit Bu”, kataku.”Sakit apa sakit?” goda Ibu Yuni.”Ah.. Ibu Yuni dapat saja”, kataku.”Telah makan belum?” tanyanya.”Belum Bu”, kataku.”Telah Ibu Masakin saja sekaligus dengan kamu ya”, ucapnya.

Dengan cekatan Ibu Yuni mengolah, kita lantas makan berdua sekalian bercakap ngalor ngidul hingga kita mengulas narasi yang cukup bau sex. Kupikir Ibu Yuni tidak sukai yang bernama narasi sex, eh tau-taunya ia membalasnya dengan narasi lebih hot . Kita juga telah makin jauh bicaranya. Pas waktu itu saya bicarakan mengenai wanita yang telah lama tidak merasa kan jalinan dengan lain macamnya.

Apa masih tetap ada begitu kemauannya karena itu?” tanyaku.”Sedap saja, emangnya gairah itu ngenal umur begitu”, ucapnya.”Oh jika begitu Ibu Yuni masih mempunyai kemauan donk untuk merasakan bagaimana jalinan dengan lain tipe”, kataku.”So tentu donk”, ucapnya.”Terus sama siapa Ibu karena itu, Ibu kan belum kawin”, secara nikmatnya saya nyeletuk.”Saya siap kok”, kataku kembali dengan sedikit cukup cuek sekalian kutatap mukanya. Ibu Yuni cukup merah sirna entahlah apa yang bawa keberanianku makin melonjak dan entahlah kapan mulai saya mulai menggenggam tangannya.

Dengan sedikit cukup grogi Ibu Yuni ketidaktahuan sekalian menarik lagi tangannya, dengan sedikit usaha saya harus membujuk lagi hingga ia betul-betul siap melakukan.”Okey, sorry ya Bu, saya telah terlampau lancang pada Ibu Yuni”, kataku.”Tidak, saya kok yang keliru mengawalinya dengan meladenimu berbicara masalah itu”, ucapnya.Dengan sedikit kegirangan, dalam hatiku secara halus kupegang kembali tangannya sekalian kudekatkan bibirku ke dahinya. Secara halus kukecup keningnya. Ibu Yuni terikut dengan keadaan yang kubuat, ia tutup matanya secara halus. kukecup sedikit di bawah kupingnya secara halus sekalian kubisikkan, “Saya sayang kamu, Ibu Yuni”, tetapi ia tidak menjawab sedikitpun.

Dengan sedikit cukup sangsi kudekatkan bibirku dekati bibirnya. Cup.. dengan demikian halusnya saya merasa kehalusan bibir tersebut. Aduh halusnya, dengan cekatan saya telah menarik badannya ke rangkulanku, dengan sedikit cukup bergairah kukecup kembali bibirnya. Dengan sedikit terbuka bibirnya menyongsong secara halus. Kukecup bibir bawahnya, eh.. tanpa kuduga ia balas ciumanku.Peluang itu tidak kusia-siakan. Kutelusuri rongga mulutnya dengan sedikit kukulum lidahnya. Kukecup, “Aah.. cup.. cup.. cup..” ia awali dengan gairahnya yang membara membalasnya ciumanku, ada sekitaran 10 menitan kami melakukan, tetapi ini kali ia telah dengan mata terbuka.

Dengan sedikit ngos-ngosan seperti habis usaha keras saja.”Aah.. jangan panggil Ibu, panggil Yuni saja ya!Kubisikkan Ibu Yuni, “Yuni kita ke kamarku saja yok!”.Dengan sedikit cukup terkejut tetapi tanpa perlawanan yang bermakna kutuntun ia ke kamarku. Kuajak ia duduk di pinggir tempat tidurku. Saya tidak tahan kembali, ini waktunya yang kutunggu-tunggu. Dengan perlahan-lahan kubuka kacing pakaiannya satu-satu, dengan lahapnya kupandangi badannya. Ala-ala mak.. cantiknya badan ini, kok tidak ada sich lelaki yang kepengin untuk mencicipinya. Dengan sedikit membungkuk kujilati dengan tekun.Pertama kali belahan gunung kembarnya. “Ah.. ssh.. terus Ian”, Ibu Yuni tidak sabar kembali, BH-nya kubuka, terpajang telah buah kembar yang montok ukuran 34 B.

Kukecup mengganti-gantian, “Aah.. ssh..” dengan sedikit cukup ke bawah kutelusuri karena waktu itu ia pas memakai celana pendek yang kainnya cukup tipis dan celananya tipis, kuelus secara halus, “Aah.. saya mulai terangsang.Kusikapkan celana pendeknya sampai lepas sekalian dengan celana dalamnya, hu.. cantiknya gundukan yang merekah. Secara halus kuelus-elus gundukan itu, “Aah.. uh.. ssh.. Ian kamu kok pandai sich, saya sudah tidak tahan kembali”, sebetulnya memang ini ialah pemula untuk saya, eh ternyata Yuni juga kepengin buka celanaku dengan sekali ambil saja lepas telah celana pendek sekalian celana dalamku. “Oh.. besar sangat”, ucapnya. Kurang lebih 18 cm berdiameter 2 cm, secara halus ia mengelus zakarku, “Uuh.. uh.. shh..” secara jeli saya berbeda posisi 69.

Kupandangi sesaat gundukannya dengan tentu dan halus. Saya mulai menciumi dari pusarnya turun terus ke bawah, kulumat kewanitaannya secara halus, saya berusaha masukkan lidahku ke lubang kemaluannya, “Aah.. uh.. ssh.. terus Ian”, Yuni mengeluh. “Saya sedap Yuni”, kataku. Secara halus di lumat habis kepala kemaluanku, di jilati secara halus, “Assh.. oh.. ah.. Yuni terus sayang”, dengan lahap kusapu semua dinding lubang kemaluannya, “Aahk.. uh.. ssh..” sekitaran 15 menit kami lakukan posisi 69, telah kepengin coba yang bernama bersetubuh. Kurubah posisi, memanggut lagi bibirnya.

Telah berasa kepala kemaluanku cari sangkarnya. Dengan ditolong tangannya, ditujukan ke lubang kewanitaannya. Dikit demi sedikit kudorong pinggulku, “Aakh.. sshh.. perlahan-lahan ya Ian, saya masih perawan”, ucapnya. “Haa..” saya terkejut, betul rupa-rupanya ia masih suci. Dengan sekali dorong kembali telah berasa licin. Blesst, “Aahk..” teriak Yuni, kudiamkan sesaat untuk hilangkan rasa sakitnya, sesudah 2 menitan lama waktunya kumulai menarik kembali tangkai kemaluanku dari dalam, terus kumaju undurkan.

Karena mungkin baru pertama kalinya cuma bersama waktu 7 menit Yuni.. “Aakh.. ushh.. ussh.. ahhkk.. saya ingin keluar Ian”, ucapnya. “Nantikan, saya mau keluar akh..” kataku.Mendadak menegang telah lubang kemaluannya menjepit tangkai kemaluanku dan berasa kepala tangkai kemaluanku disiram dengan air surganya, membuatku tidak kuat kembali memuntahkan.. “Crot.. crot.. cret..” banyak pula air maniku muncrat dalam lubang kemaluannya. “Aakh..” saya lemas habis, saya terkapar di sebelahnya. Secara halus ia cium bibirku, “Kamu menyesal Ian?” tanyanya. “Ah tidak, kitakan sama ingin.”

Kami segera berberes-beres agar tidak ada keraguan, dan semenjak peristiwa itu saya kerap bermain cinta dengan Ibu Yuni ini sudah pasti kami kerjakan bila di dalam rumah sedang sepi, atau pada tempat pemondokan jika kami telah sedang kepingin dan di dalam rumah sedang ramai. semenjak peristiwa itu dalam diri kami berdua mulai bersemi benih-benih cinta, dan sekarang Ibu Yuni jadi kekasih gelapku.

Comments are closed.